Juara 1


Apitu.org–Depok- Kerjasama antara Pertamina ( Persero ) dengan Universitas Indonesia dalam menyelenggarakan “Musicool Goes to Campus, yang terdiri dari kegiatan Musicool Paper Competition dan seminar dengan tema ” Hydrocarbon Refrigerant For Long Term Solution In Cooling System”. Sebagai Kompetisi hasil karya Ilmiah Mahasiswa tentang Studi dan Inovasi aplikasi Musocool dalam mesin Pendingin.

Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat para Mahasiswa terhadap berbagai dinamika aplikasi refrigeran hidrokarbon di bidang mesin pendingin dan benefitnya terhadap lingkungan.

Pemaparan Materi Hydrocarbon Refrigerant For Long Time Solution In Cooling System oleh team Research & Technology Center PT. Pertamina ( Persero )

Diskusi Panel dengan tema Seminar “Hydrocarbon Refrigerant For Long Term Solution in Cooling System oleh beberapa pembicara diantaranya : Prof Dr. Ir. Djatmiko Ichsani, M.Eng Dept. Teknik Mesin ITS, Dr. Ir. Dipl-Ing Berkah Fajar TK dari Universitas Diponegoro Semarang, Dr. Haryanto Dirjen EBTKE, Iwan Chandra PT. Aicool Indonesia, Komara A. Hidayat Globalindo Niaga Pratama.

Nara Sumber, Foto Ridwan M Apitu.org

Pada kesempatan ini Undangan untuk APITU Indonesia diwakili oleh Muhammad Riduan Wakil ketua Umum Apitu Indonesia, Agus Sartono Kepala Biro Hubungan Masyarakat Apitu Indonesia, Mujiono Kepala Biro Informasi Teknologi dan Publikasi Apitu Indonesia.

Dalam  sambutannya  Dr.Ir Hariyanto, M.T  menyampaikan berdasarkan Protokol Montreal adalah sebuah traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan ozon. Diperkuat lagi dengan Amandemen Kigali menetapkan komitmen pengurangan HFC dalam tiga kelompok negara. Negara maju harus mulai penggunaan konsumsi dan produksi HFC pada 2019, sedangkan proses di negara bekembang akan dimulai pada 2024.

Dr.Ir. Hariyanto.M.T Direktur Konservasi Energi Direktorat Konservasi Energi

Kelompok ketiga adalah negara-negara beriklim panas ekstrim di wilayah Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan. Negara-negara tersebut memulai proses pengurangan penggunaan HFC pada 2028.

Negara maju juga berkomitmen memberikan tambahan dana melalui Dana Multilateral Protokol Montreal kepada negara berkembang untuk mendukung upaya mereka menggunakan bahan kimia alternatif.

Berdasarkan itu Pemerintah juga konsen dalam mengurangi pemakaian Refrigerant HFC dan HCFC dengan beralih menggunakan Hidrokarbon sebagai pengganti refrigerant sintetik. Berbicara mengenai Refrigerant Alami dalam hal ini Hydrocarbon Dr.Ir Hariyanto, M.T yang lahir di Kota Wonogiri melanjutkan, “Indonesia mempunyai sumber Hidrokarbon dan memproduksinya sendiri oleh Pertamina yang sekarang kita sebut Musicool atau MC22. Namun MC22 ini tergolong Flammable Refrigerant sehingga seolah menjadi satu momok bagi Teknisi maupun User. Saya katakan Refrigerant Hydrocarbon sangat aman ketika kita gunakan atau diterapkan oleh Teknisi yang Kompeten, untuk itu ada beberapa sinergi Program yang bisa dilakukan yaitu :

  • Pelatihan dan Sertifikasi untuk menangani Flammable Refrigerant
  • HFC Licensing System yaitu kegiatan  untuk menginventarisasikanpenggunaan HFC
  • Demonstrasi teknologi melalui pilot project untuk Ac yang energi efisien dengan menggunakan refrigerant yang memiliki GWP rendah
  • Pengumpulan dan penghancuran HCFC

Berdasarkan hasil inventarisasi peralatan refrigerasi dan Ac ( RAC ) di Indonesia yang dilaksanakan tahun 2016 diperoleh bahwa peralatan AC Split merupakan Pengguna energi dan penyumbang emisi terbesar. Emisi dari AC split sebesar 60% dari total emisi dari sektor RAC. Populasi Ac Split masih didominasi oleh R22 dan R410A dengan type bervariasi, dimana penggunaan teknologi inverter masih dibawah 5%.

Target IGCP (International Geoscience Programme) dapat membentuk pangsa pasar ac split hidrocarbon sebanyak 16% dari volume market Unitary Ac tahunan Indonesia pada tahun 2030. Melalui IGCP diestimasi penghematan energi kumulatif yang dapat dicapai sebesar 8TWh dan reduksi emisi kumulatif sebesar 8,65 juta ton CO2e pada tahun 2030.

Untuk itu Pemerintah juga menyiapkan strategi untuk keamanan Flammable refrigerant di Indonesia sebagai berikut :

  • Penyusunan SNI Penamaan dan Klasifikasi Keamanan Refrigerant
  • Penyusunan SNI Persyaratan Keamanan dan Lingkungan Refrigerant
  • Pengembangan LSP Hidrokarbon dengan sertifikasi ocupacy dari BNSP
  • Pelatihan  dan Sertifikasi asesor dan trainer untuk hidrokarbon training center dan LSP
  • Pelatihan dan sertifikasi teknisi AC mengenai keselamatan penanganan instalasi, operasi dan perawatan ac Hidrokarbon
    • Penyusunan Pedoman pelaksanaan SNI terkait keamanan dan lingkungan refrigerant
    • Penyusunan SOP bagi teknisi AC
    • Penambahan jumlah LSP P3 untuk dapat mensertifikasi teknisi lebih banyak
  • Sertifikasi instalasi pemasangan Green Chiller

Acara dilanjutkan penyerahan awarding Musiccol Paper Competition 2018 kepada ;

  • Juara 1 : Restu Bagas pangestu, Uki Supriadi dan Ferdyson dari Universitas Diponegoro
Juara 1
  • Juara 2 : Schwinger Team dari Universitas Sumatera Utara
Juara 2
  • Juara 3 : Ade Lutfi dari Universitas Indonesia
Juara 3

Dengan diadakannya kompetisi seperti ini diharapkan Pemerintah, Akademisi dan Praktisi bersinergi dalam konsen mencari solusi terhadap isu Pemanasan Global terutama di Indonesia.

Dlaporkan oleh : Biro Informasi Teknologi dan Publikasi Apitu Indonesia
Mujiono/red

 

 

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *